Selasa, 07 April 2009
Reaktualisasi peran mahasiswa dalam gejolak peradaban
Mahasiswa dengan kegagahan intelektualitasnya, ketegaran jasmani dan mentalitasnya yang pantang menyerah merupakan berkah bagi bangsa yang tengah dirundung duka ini. Peran pemuda terhadap bangsa yang menuju kehancuran ini merupakan peran yang sangat vital yang tidak bisa digantikan oleh siapapun entitas dinegara ini.
Peran pertama adalah menjadi inisiator perubahan,
mahasiswa adalah pelopor kebangkitan yang nyata berkontribusi tak kenal lelah memanifestasikan diri dalam derak langkah perubahan bangsa ini, ditiap perubahan maka mahasiswa adalah pengibar gagasannya.
Peran kedua adalah sebagai galvanisator pergerakan,
perubahan membutuhkan pergerakan, mau berubah berarti harus bergerak. Untuk bergerak dibutuhkan mesin-mesin yang siap melaju dan membangkitkan negara ini dari keterpurukannya dengan aksi-aksi nyata dilapangan merekalah yang menjadi galvanisator pergerakan, karena ditiap gagasan maka merekalah pelaku sejarahnya
peran ketiga sebagai arsitek peradaban,
mereka adalah manusia-manusia cerdas yang mampu membuat rancang bangun peradaban indonesia menuju indonesia yang di cita-citakan yakni indonesia yang adil makmur dan sejahtera. Mereka siap dengan konsep terumit dan langkah-langkah strategis dalam membina derak langkah perjuangan yang berkesinambungan dengan visi besar yang mereka gagas.
“jika keringat, darah dan air mata ini mampu membuat peradaban ini menjadi lebih baik, maka kami mahasiswa indonesia siap melepaskan jiwa dengan senyum yang paling menawan…”
Selasa, 17 Maret 2009
kOTA ASAL
Profil Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa. Secara geografis terletak antara 6º21’- 7º10’ Lintang Selatan dan 104º48’- 106º11’ Bujur Timur, memiliki luas wilayah 2.747 Km2 (274.689,91 ha), atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km. Secara administratif dibagi menjadi 322 Desa, 13 Kelurahan dan 31 Kecamatan, dengan batas-batas administrasi :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang;
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia;
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.
Secara geologi, wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam zona
Suhu udara di Kabupaten Pandeglang berkisar antara 22,5 0C – 27,9 0C. Pada daerah pantai, suhu udara bisa mencapai 22 0C – 32 0C, sedangkan di daerah pegunungan berkisar antara 18 0C – 29 0C. Kabupaten Pandeglang memiliki curah hujan antara 2.000 – 4.000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan 3.814 mm dan mempunyai 177 hari hujan rata-rata per tahun serta memiliki tekanan udara rata-rata 1.010 milibar.
Iklim di wilayah Kabupaten Pandeglang dipengaruhi oleh Angin Monson (Monson Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino (Banten Dalam Angka, 2004). Saat musim penghujan (Nopember-Maret) cuaca didominasi oleh Angin Barat (dari Samudra Hindia sebelah Selatan
Senin, 05 Januari 2009
SUMBER PELUANG INOVASI
SUMBER PELUANG INOVASI
Avin Fadilla Helmi – Fakultas Psikologi UGM
Suatu kenyataan yang tidak terelakkan ketika memulai sebuah usaha
(enterpreneruial) adalah bagaimana melihat peluang dan memutuskan untuk mengambil
peluang tersebut.
Pada dasarnya, peluang itu ada di sekitar kita, tetapi seringkali tidak terlihat,
tertutup. Tertutup oleh mata hati kita. Kecemasan, keraguan, ketidakpercayaan atau
dikatakan sistem belief yang ada pada diri kita, sehingga sumber daya tidak terlihat
secara baik. Mengapa hal ini terjadi? Karena kita merasa tidak mempunyai ‘apa-apa’
sehingga sumber daya yang ada dalam diri kita atau di sekeliling ‘kita’ tidak terlihat.
Peter Drucker mengatakan bahwa ada 7 aspek yang dapat dijadikan sumber
peluang untuk berinovasi. Apakah itu?
1. Yang tak terduga
2. Ketidakselarasan
3. Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
4. Perubahan struktur industri/ struktur pasar
5. Perubahan demografi
6. Perubahan persepsi, mood, dan makna
7. Pengetahuan yang baru, baik saintifik maupun non saintifik.
Sumber 1: Yang tidak terduga
Di dunia ini, banyak hal yang merupakan sumber peluang yang tidak terduga.
Hal ini mengisyaratkan bahwa walaupun manusia dapat merencanakan dengan sebaik-
baiknya, maka kemungkinan ‘terjadi’ sesuatu di luar skenario bisa terjadi. Yang tidak
terduga merupakan lokus control di luar diri kita. Jika dijadikan contoh kemalangan,
maka kasus lumpur panas di Sidoarjo akibat kesalahan dalam proses pengeboran maka
tidak ada satupun pihak PT Lapindo Brantas yang membayangkan dampak yang begitu
hebat dalam semua aspek kehidupan. Jika pengeboran berjalan dengan baik dan
lancar, pihak perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang sangat luar biasa. Tetapi
dengan ‘kemalangan’ tersebut, maka dapat dipastikan perusahaan ‘akan gulung tikar’.
Bisakah anda memberikan contoh positif, bahwa yang tidak terduga akan membawa
peluang usaha atau mungkin berinovasi?
Di awal bulan September ini, saya melakukan perjalanan di luar pulau Jawa
untuk memberikan pelatihan SDM pada sebuah perkebunan. Salah satu jenis
komoditinya adalah teh. Berdasarkan cerita dari staf yang ikut pelatihan tersebut
dikatakan bahwa komoditi teh selama ini terus merugi, kecuali satu hal yaitu ketika
terjadi krisis moneter dimana rupiah terdepresiasi. Krisis menoter bagi sebagian pihak
merupakan ‘petaka’ tetapi hal ini justru menjadi yang tak terduga dalam meraih
keuntungan. Tetapi baru sebatas meraup keuntungan dan belum dalam tataran
berinovasi.
Sumber 2: Ketidakselarasan
Ketidakselarasan antara harapan konsumen dengan produk/ jasa. tidakselarasan
internal dalam ritme logika proses. Ketidakselarasan adalah suatu rentang/ gap antara
yang seharusnya dengan yang terjadi. Dalam berwirausaha banyak sekali situasi yang
menunjukkan ketidakselarasan. Lima tahun yang lalu, yang dapat naik pesawat terbang
adalah mereka kelas atas saja. Setelah dilakukan deregulasi, dimana swasta dapat
mengembangkan perusahaan jasa penerbangan, maka bermuncullanlah berbagai
maskapai penerbangan . Dimana peluangnya? Yang pertama, wilayah Indonesia sangat
luas dan terdiri dari kepulauan, maka bisnis di bidang perhubungan udara sangat
menjanjikan. Persoalannya adalah bagaimana masyarakat dapat menikmati layanan
pesawat terbang dengan harga yang terjangkau? Bermuncullah maskapai penerbangan
yang lebih beroreintasi pada kebutuhan dalam memberikan layanan dan bukan
berorientasi kenikmatan, sehingga berbagai fasilitas dipangkas demi efisiensi, seperti
tidak disediakan makan, di bandara Soekarno Hatta tidak perlu menyewa ‘garba’ tetapi
cukup jalan kaki atau naik bus. Bahkan di tahun 2006, sebuah maskapai penerbangan
sama sekali tidak memberikan layanan minum di pesawat dan bahkan menjual minuman
tersebut dan tidak ada nomor kursi. Sebuah terobosan.
Sumber 3: Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
Inovasi di sini menyempurnakan proses yang sudah ada, menggantikan satu
mata rantai proses yang lemah, atau merancang kembali proses yang lama yang sudah
ada. Layanan satu atap yang dipelopori oleh pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo
dan disusul oleh Pemkab Sragen adalah contoh pemangkasan waktu untuk memperoleh
ijin usaha di dua wilayah tersebut. Kecepatan dalam memberikan ijin ini berkorelasi positif dengan jumlah investor yang menanamkan modalnya. Dalam hal ini proses yang
dirasakan tidak perlu – dipangkas – disederhanakan.
Sumber 4: Perubahan struktur industri/ struktur pasar
Oleh karena waktu menjadi sangat berharga, maka konsep one stop service
menjadi strategi bisnis yang banyak dilakukan oleh pelaku pasar. Sekarang ini, jasa
dokter tergabung dalam layanan kesehatan yang lain yaitu laboratorium medik dan
apotik, sehingga dalam satu waktu pasien mendapatkan serangkaian dari layanan
kesehatan.
Demikian juga dengan konsep mall atau plaza yang menyediakan ruang-ruang
untuk seluruh kebutuhan manusia dari supermarket, peralatan elektronik, sampai
dengan layanan kebugaran dan kesehatan.
Sember 5: Perubahan demografi
Perubahan demografi didefinisikan sebagai perubahan penduduk dalam jumlah,
struktur umur, komposisi, jenis pekerjaan, status penghasilan, status pendidikan –
merupakan sumber peluang yang paling mudah diramalkan.
Masyarakat Yogyakarta dikenal mempunyai angka harapan hidup yang paling
tinggi di atas rata-rata nasional. Dengan demikian manula di tahun-tahun yang akan di
Yogyakarta jumlahnya akan semakin meningkat. Kebutuhan khusus untuk manula
seperti layanan kesehatan menjadi sumber peluang inovasi.
Demikian juga dengan struktur masyarakat Indonesia sekarang ini didominasi
oleh keluarga kecil yaitu 2-3 anak tiap keluarga. Hal ini memberikan dampak pada
kebutuhan rumah yang lebih kecil sehingga perumahan atau real estat dengan ukuran
kecil dan dana terjangkau menjadi trand di kota-kota besar.
Sumber 6: Perubahan persepsi, mood, dan makna
Perubahan persepsi merupakan sumber peluang inovasi. Dengan meningkatnya
sebagian daya beli masyarakat maka persoalan makan bukan hanya sekedar memenuhi
kebutuhan ‘dasar’ saja. Masyarakat membutuhkan suasana nyaman. Oleh karenanya, di
beberapa wilayah tumbuh rumah makan berkelas internasional atau menggunakan
konsep alami dengan harga yang cukup mahal. Demikian juga dengan konsep kecantikan bagi wanita. Menurut persepsi wanita,
wanita yang cantik adalah yang berkulit putih. Hal ini ditangkap oleh berbagai rumah
kecantikan dengan memberikan layanan memutihkan wajah.
Sumber 7: Pengetahuan yang baru
Beberapa perusahaan dengan devisi penelitian dan pengembangan, secara
terus menerus mengembangkan produk/ layanan yang baru. Pengembangan
berdasarkan riset ini membutuhkan waktu lama dan biasa yang besar.
Sumber Pustaka:
Tulisan ini diilhami dari artikel ‘Apa kata Peter Drucker tentang Inovasi & Kewirausahaan
oleh Gde Raka, 2001’. Tidak diterbitkan.
PendidikanBerbasis Entrepreneur
Pendidikan Berbasis Entrepreneur
Schumpeter, sebagaimana dikutip Bygrave (1996) dalam Entrepreneurship, mengatakan seorang wirausahawan adalah individu yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk mengejarnya (mengejar peluang). Sedangkan Drucker (1996), mengatakan bahwa wirausaha selalu mencari perubahan, menanggapinya, dan memanfaatkannya sebagai peluang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seorang entrepreneur adalah pribadi yang mencintai perubahan, karena dalam perubahan tersebut peluang selalu ada. Ia akan selalu mengejar peluang tersebut dengan cara menyusun suatu organisasi.
Oleh Karena itu, jika pendidikan memiliki misi melaksanakan pendidikan wirausahawan, maka sudah selayaknya kurikulum dan strategi pembelajarannya mengalami perubahan dan penyesuaian. Melihat karakter wirausahawan di atas, kelihatannya sulit pembentukan wirausahawan tercapai, manakala proses pembelajarannya tetap mempergunakan strategi “klasik”.
Menurut Scharg et. al. (1987) wirausahawan merupakan hasil belajar. Meskipun jiwa wirausahawan mungkin juga diperoleh sejak lahir (bakat), namun jika tidak diasah melalui belajar dan dimotivasi dalam proses pembelajaran, sulit dapat diwujudkan. Untuk mempertajam minat dan kemampuan wirausahawan perlu ditumbuh-kembangkan melalui proses pembelajaran. Di sinilah letak dan pentingnya pendidikan wirausahawan dalam pendidikan.
Jika seorang pendidik menginginkan menumbuhkan sikap peserta didik, sudah seharusnya mengetahui bakat yang ada pada peserta didik, keinginan peserta didik, nilai dan pengetahuan yang seharusnya didapat pesera didik, serta lingkungan lain yang kondusif bagi penumbuhan sikap mereka, termasuk lingkungan politik. Keadaan ini sulit dilakukan, tetapi harus diusahakan. Jika kita ingin pendidikan berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat, maka kita tidak boleh diam. Apapun hasilnya, pendidik harus berusaha melakukan inovasi proses pendidikan. Perlu disadari, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses yang cukup panjang untuk mencapai suatu keberhasilan.
Implikasinya dalam Kehidupan Nyata
Melihat uraian singkat tentang konsep pendidikan kritis dan mental wirausaha di atas, maka kita dapat mendesain model pendidikan masa depan yang lebih “produktif”. Pendidikan kritis sangat diperlukan agar setiap manusia mengenal kediriannya, humanis, tidak kerdil, dan reaktif terhadap perubahan yang terus-menerus. Membangun pendidikan kritis adalah tanggung jawab bersama seluruh stakeholder pendidikan. Dengan kata lain, jika dipahami dari konsep tersebut, maka sudah seharusnya pendidikan di Indonesia dapat berperan sebagai problem solver dengan dibarengi mental wirausaha yang terpatri dalam diri. Artinya, peserta didik dibekali dengan pelbagai disiplin keilmuan yang mumpuni yang dapat dijadikan “modal” untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang muncul dan berkembang di masyarakat. Selain itu, dengan jiwa wirausahanya peserta didik akan selalu melakukan pembaharuan dan inovasi secara dinamis di masyarakat. Walhasil, perjalanan dalam kehidupan masyarakat akan terus mengalami perkembangan-perkembangan (yang positif) tanpa meninggalkan jiwa kekritisan yang telah dibentuk melalui proses pendidikan.